Ambidexterity dan Keberlanjutan Usaha dalam Orasi Ilmiah Guru Besar FEB UPNVJ

HumasUPNVJ - Covid-19 mengejutkan dunia saat pertama kali dideklarasikan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2020. Selama masa pandemi, banyak perusahaan terpukul hebat dan mengalami kerugian besar, bahkan hingga bangkrut.

Namun ada juga sejumlah perusahaan yang tetap bertahan di tengah pandemi, dan bisa kembali bangkit seperti sedia kala.

Menurut Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Prasetyo Hadi, S.E., M.M., konsep keberlanjutan usaha merupakan salah satu elemen yang membuat sejumlah perusahaan tadi mampu bertahan di tengah lingkungan yang berubah.

Keberlanjutan usaha atau firm sustainability merujuk pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kinerja yang baik dalam jangka panjang.

"Kita tentu berharap bisnis kita bisa maju dan berkembang serta berkelanjutan. Sehingga ada konsep mempertahankan kinerja baik dalam jangka panjang dengan memperhatikan dimensi ekonomi, lingkungan dan sosial," ucap Prasetyo.

Konsep keberlanjutan usaha ini berkaitan dengan ambidexterity. Dalam dunia bisnis, ambidexterity didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menyeimbangkan eksplorasi dan eksploitasi. Perusahaan mampu mengeksploitasi kompetensi yang sudah ada, dan di waktu bersamaan menjajaki berbagai peluang baru.

Selain keberlanjutan usaha dan ambidexterity, faktor ketiga yang dapat membuat suatu perusahaan bertahan di tengah lingkungan yang terus berubah adalah dynamic capabilty. Istilah ini merujuk pada kemampuan perusahaan dalam mengintegrasikan, membangun dan merekonfigurasi kompetensi internal dan eksternal dalam menghadapi perubahan lingkungan yang cepat.

IMG_8711.JPG

Lingkungan yang Terus Berubah

"Organisasi yang mampu mengintegrasikan eksplorasi dan eksploitasi secara seimbang melalui ambidexterity cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Mereka dapat berinovasi secara efektif sambil mempertahankan efisiensi operasional, yang pada gilirannya akan meningkatkan keberlanjutan usaha," kata Prasetyo.

Ia menambahkan bahwa faktor-faktor internal seperti budaya, kepemimpinan yang mendukung dan struktur organisasi yang fleksibel, memainkan peran penting dalam mendukung ambidexterity organisasi yang memiliki budaya inovasi yang kuat lebih mungkin berhasil mengintegrasikan eksplorasi dan eksploitasi.

Poin terakhir, lingkungan bisnis yang dinamis dapat memengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai ambidexterity. Organisasi harus mampu membaca sinyal pasar dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal. Pengelolaan ambidexterity perlu menjadi bagian integral dari manajemen strategis organisasi.

"Ambidexterity itu adalah bagian dari mana mereka mampu memediasi peran-peran dari pada dynamic capability dalam menghasilkan keberlanjutan usaha. Jadi sangat dibutuhkan sekali bagaimana kita mampu mengendalikan lingkungan yang terus berubah, kemudian membaca peluang dengan memperkirakan apa-apa saja yang akan terjadi di masa mendatang," tutur Prasetyo.

Berita Sebelumnya

Orasi Ilmiah Guru Besar FK UPNVJ Soroti Manfaat Teknik Rekayasa Jaringan

Berita Selanjutnya

Artificial Intelligence Jadi Sorotan di Pameran Angkatan X UFO "Veteran" Jakarta