HumasUPNVJ - Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak akhir November 2025 telah menewaskan 836 orang dan menyebabkan 518 lainnya hilang, menurut data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) merespons dengan menginventarisasi mahasiswa terdampak, termasuk mereka yang mengalami kesulitan menghubungi keluarga atau menerima kiriman dana akibat hilangnya sinyal selama beberapa hari.
Kemahasiswaan UPNVJ telah menarik data mahasiswa aktif pada semester ganjil tahun ajaran 2025/2026 dari tiga provinsi terdampak, dengan total sekitar 241 orang. Saat ini, proses pendataan lanjutan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi mahasiswa yang membutuhkan bantuan karena orang tua mereka terkena musibah. Wakil dekan III fakultas diminta menghubungi mahasiswa terkait melalui telepon, panggilan video, atau wawancara langsung guna mengetahui kondisi terkini.
Salah satu mahasiswa terdampak, Ayusafira dari Program Studi Farmasi angkatan 2024, melaporkan kendala memberi kabar kepada orang tua dan pengiriman uang makan karena jaringan hilang selama tiga hari di tempat tinggalnya di Nias Selatan, Sumatera Utara. "Bencana yang saya alami yaitu terkendala memberi kabar ke orang tua dan pengiriman uang makan saya karena jaringan sempat hilang," ujarnya.
Di Fakultas Kedokteran (FK), baru satu mahasiswa yang melaporkan dampak di daerahnya. Sementara di Fakultas Ilmu Komputer (FIK), tercatat dua orang, yaitu Stefhanie dan Aprilia, keduanya angkatan 2024.
UPNVJ menyiapkan bantuan dasar seperti pakaian pria dan wanita, perlengkapan bayi serta wanita, sabun mandi, dan handuk. Pendistribusian sedang dipersiapkan, termasuk dukungan psikososial melalui koordinasi fakultas. UPNVJ mengimbau mahasiswa terdampak untuk segera melaporkan kondisi mereka agar bantuan dapat disalurkan secara tepat. "Kami di kemahasiswaan sudah mendata yang berasal dari daerah bencana," kata Wakil Rektor 3. Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Sistem Informasi, Dr. dr. Ria Maria Theresa, seraya menekankan pentingnya koordinasi lanjutan.