Simposium Nasional 2025: Yudi Latief Tekankan Penguatan Soft Power dari Kekayaan Alam Indonesia

HumasUPNVJ – Akademisi Yudi Latif, M.A., PhD menekankan penguatan soft power sebagai strategi utama agar Indonesia memanfaatkan potensi alamnya untuk meningkatkan pengaruh global. Paparan ini disampaikan dalam Simposium Nasional 2025 bertema "Penguatan Bela Negara Nirmiliter untuk Indonesia Emas 2045" yang digelar Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) bekerja sama dengan Gerakan Bela Negara Indonesia (GBNI) pada Sabtu, 20 Desember 2025. 

Dalam paparannya, Yudi Latif membahas bagaimana Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam melimpah, dapat menghindari kutukan sumber daya melalui pengelolaan berkelanjutan dan budaya inklusif.

Yudi Latif, selaku Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dunia berdasarkan jumlah penduduk. Namun, indeks soft power negara ini masih berada di posisi ke-45 secara global. "Kesenjangan ini menunjukkan perlunya upaya strategis untuk mengubah potensi objektif menjadi daya pengaruh internasional," katanya.

Dari aspek geopolitik, Indonesia berada di peringkat ke-14 negara terluas jika dihitung daratan dan perairan kepulauan. Dengan penambahan wilayah laut teritorial serta Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), posisi naik menjadi keenam dunia, setelah Amerika Serikat, Prancis, dan Australia. Yudi menambahkan, kekayaan ekologis Indonesia mencakup hutan tropis ketiga terbesar dunia setelah Amazon dan Kongo, serta laut yang dijuluki "the Amazon of the Oceans" karena keanekaragaman hayati tingginya.

Fenomena geografis unik Indonesia muncul dari pertemuan lempeng tektonik, vulkanik, serta flora-fauna endemik. "Kerusakan hutan tropis bersifat permanen karena ekosistem ini tak tergantikan," ujar Yudi. Ia memperingatkan bahwa kekayaan alam tak otomatis membawa kekuatan, seperti kasus resource curse di berbagai negara.

Selain alam, Yudi menyoroti tata nilai dan kebudayaan. Kemajemukan Indonesia harus dikelola melalui budaya inklusif agar perbedaan menjadi kekuatan, bukan konflik. "Soft power bertumpu pada kualitas manusia dan kemampuan membangun nilai inklusif," tegasnya.

Paparan ini selaras dengan visi UPNVJ menuju Indonesia Emas 2045. Rektor UPNVJ, Prof. Dr. Anter Venus, MA, Comm, menyatakan bahwa simposium ini memperkuat kebijakan bela negara nirmiliter. "Kami berkomitmen membangun generasi yang mampu mengelola potensi alam secara berkelanjutan, sehingga UPNVJ turut berkontribusi pada daya saing global bangsa," katanya.

Berita Sebelumnya

UPNVJ Luncurkan Indeks Implementasi Bela Negara (IIBN) Kampus Indonesia

Berita Selanjutnya

Bela Negara Era Digital: Strategi Lemhannas RI Bangun Ketahanan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045