PROSPEKTIV 2025: Jacob Win Ajak Mahasiswa UPNVJ Jadi Generasi Pencipta Masa Depan

HumasUPNVJ – Kreativitas, kewirausahaan, dan kolaborasi menjadi tiga kompetensi utama yang perlu dimiliki generasi muda di era disrupsi digital. Hal inilah yang disampaikan oleh Jacob Win, ACC., S.T., S.Kom., M.Kom., dalam sesi pembekalan Program Stimulasi Pembelajaran, Etika, Kolaborasi, dan Kreativitas (PROSPEKTIV) 2025 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Melalui paparan bertajuk Be The Future: Think – Create – Collaborate,” Jacob mengajak mahasiswa baru untuk menyiapkan diri menjadi pencipta masa depan melalui ide-ide kreatif, semangat kewirausahaan, dan kerja sama yang kolaboratif.

“Kreativitas bukan bakat, melainkan kebiasaan berpikir berbeda,” ujarnya, seraya mengutip Steve Jobs yang mengatakan, “Creativity is just connecting things.” Menurut Jacob, kemampuan menghubungkan ide dan memandang masalah dari perspektif baru adalah fondasi dari inovasi.

Dalam sesi bertema Creativity, ia menjelaskan tiga kebiasaan utama para pemikir kreatif, yaitu:

  1. Curious Mind, selalu bertanya “kenapa tidak?” untuk menantang cara berpikir lama.
  2. Playful Experiment, berani mencoba tanpa takut gagal.
  3. Reflective Time, menyediakan waktu untuk merenung dan menemukan pola dari pengalaman.

Jacob menegaskan bahwa kreativitas bukan tentang menjadi jenius, melainkan tentang keberanian mencoba hal yang belum pernah dilakukan orang lain. Ia mendorong mahasiswa agar menjadikan rasa ingin tahu dan keberanian bereksperimen sebagai gaya hidup akademik mereka di kampus.

Memasuki bagian Entrepreneurship, Jacob mengajak mahasiswa untuk mengubah cara pandang mereka dari employee mindset menjadi entrepreneurial mindset. “Pegawai bertanya: apa tugas saya? Sedangkan wirausahawan bertanya: masalah apa yang bisa saya selesaikan?” jelasnya. Menurutnya, di era AI, ekonomi hijau, dan platform digital, peluang terbuka luas bagi generasi muda yang mampu mengubah ide sederhana menjadi aksi nyata.

Ia memperkenalkan langkah-langkah berpikir kewirausahaan yang bisa dilakukan siapa pun:

  1. Observe, menemukan masalah nyata di sekitar.
  2. Ideate, menciptakan solusi kreatif.
  3. Test, memvalidasi ide melalui diskusi dengan teman atau mentor.
    Entrepreneur sejati bukan yang punya modal besar, tapi yang punya value dan vision,” tegas Jacob sambil mencontohkan kisah sukses mahasiswa yang membangun startup, konten edukatif, dan bisnis sosial dari ide kecil

Pada bagian Collaboration, Jacob menjelaskan bahwa dunia digital kini bergerak dengan prinsip network-based economy — sebuah ekosistem di mana keberhasilan bergantung pada kemampuan berkolaborasi. “Ide bagus tanpa tim hanya akan menjadi mimpi,” ujarnya.

Ia juga memperkenalkan formula 3C sebagai prinsip kolaborasi efektif: 1) clarity (memahami tujuan bersama), 2) complementarity (peran dan keahlian yang saling melengkapi), dan 3) communication (keterbukaan dan kejujuran komunikasi membangun kepercayaan).

Jacob juga menekankan bahwa kolaborasi tidak hanya berarti bekerja dalam kelompok, tetapi membangun ekosistem ide yang saling memperkaya. Menurutnya, kolaborasi yang berbasis kepercayaan dan komunikasi efektif dapat mempercepat pembelajaran serta memperluas peluang di masa depan.

Sebagai penutup, Jacob merangkum inti pesan dari paparannya, “Creativity melahirkan ide, entrepreneurship mengubahnya menjadi aksi, dan collaboration membuatnya berdampak. Generasi kalian bukan hanya penerus, tetapi pencipta masa depan.”

Melalui sesi ini, mahasiswa baru UPNVJ diajak untuk menumbuhkan mindset kreatif dan kolaboratif sebagai bekal menghadapi dunia yang serba cepat dan kompetitif. Semangat “Think – Create – Collaborate” menjadi pesan kunci agar setiap mahasiswa berani berinovasi, mengambil peran, dan menciptakan perubahan positif sesuai dengan semangat Bela Negara yang diusung UPNVJ.

 

Berita Sebelumnya

PROSPEKTIV 2025: Di Era Post-Truth & AI, Dr. Lina Tegaskan untuk Tetap Berpikir Etis

Berita Selanjutnya

PROSPEKTIV 2025: Jaka Arya Sebut Berpikir Kritis Sebagai Kunci Hadapi Tantangan Abad 21