HumasUPNVJ – Kemampuan berpikir kritis menjadi kebutuhan mendesak di era banjir informasi. Hal ini disampaikan Jaka Arya Pradana, S.T., dalam sesi “Critical Thinking: Skill Paling Penting di Abad 21” pada kegiatan PROSPEKTIV 2025 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ), Sabtu (25/10/2025). Ia menegaskan, mahasiswa harus mampu memverifikasi informasi sebelum mempercayainya.
Jaka mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan berpikir jernih dan rasional untuk menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan, sebagaimana dikemukakan Richard Paul dari Foundation for Critical Thinking. “Pemikir kritis bertanya ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’, bukan sekadar menerima informasi,” ujarnya.
Dalam sesi tersebut, Jaka memaparkan penerapan berpikir kritis melalui contoh kasus di kelas, media sosial, dan dunia kerja. Ia mencontohkan mahasiswa yang menghafal teori tanpa memahami konteks atau pengguna media sosial yang menyebarkan informasi tanpa verifikasi. “Pemikir kritis selalu mempertanyakan sumber dan bukti ilmiah,” tegasnya.
Jaka memperkenalkan Paul-Elder Critical Thinking Framework sebagai panduan sistematis. Kerangka ini mencakup tiga komponen: Eight Elements of Thought (tujuan, asumsi, bukti, sudut pandang, dll.), Nine Intellectual Standards (kejelasan, ketepatan, relevansi, dll.), dan Intellectual Traits (rasa ingin tahu, kerendahan hati intelektual, keberanian berpikir mandiri).
Melalui latihan interaktif, mahasiswa diajak membedah argumen, seperti klaim bahwa kuliah di universitas ternama menjamin kesuksesan. Jaka menjelaskan, klaim ini keliru karena mengabaikan faktor lain, seperti kerja keras dan jejaring. “Berpikir kritis berarti menantang asumsi dengan objektif,” katanya.
Ia juga menyoroti empat hambatan berpikir kritis: cognitive bias, emotional reasoning, intellectual laziness, dan logical fallacy. Contohnya, confirmation bias membuat seseorang hanya mencari informasi yang sesuai keyakinannya. Jaka juga memaparkan delapan jenis kesalahan logika, seperti ad hominem dan slippery slope, dengan contoh relevan dari kehidupan kampus dan media sosial.
Sebagai penutup, Jaka mengutip Socrates, “The unexamined life is not worth living.” Ia menegaskan, berpikir kritis adalah bentuk kebebasan tertinggi manusia yang membebaskan seseorang dari manipulasi media dan keputusan buruk. Mahasiswa UPNVJ pun diajak menjadi pembelajar aktif, berpikiran tajam, dan berintegritas untuk menghadapi tantangan global.