Pancasila Sebagai Ideologi Alternatif Dunia Sudah Dikenalkan Sejak Bung Karno

 

HumasUPNVJ - Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Kemas Akhmad Tajudin SH MH mengatakan penawaran Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia, selain liberalisme-kapitalisme dan sosialisme-komunisme, sudah dilakukan oleh Presiden Sukarno sejak 1960 di Sidang Umum PBB.

"Pada 30 September 1960, di Sidang Umum PBB, Bung Karno pernah menyampaikan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia. Para tokoh dunia pun memandang dan mengakui Pancasila sebagai ideologi yang baik," kata Kemas dalam Seminar "Pancasila Sebagai Ideologi Alternatif Dunia: Telaah Pelaksanaan Demokrasi Indonesia-Jerman" yang diadakan German Center Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) secara hibrida di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika, Kampus Pondok Labu UPNVJ, Jakarta Selatan, Senin (31/1/2022).

Kemas mengatakan Pancasila merupakan sintesis dari ideologi-ideologi dunia yang dapat disebut sebagai ideologi titik temu yang berbeda dengan konsep Jalan Ketiga yang diprakarsai Anthony Giddens yang hanya mengambil sisi positif dari masing-masing ideologi.

Menurut Kemas, Pancasila adalah kristalisasi ideologi yang tidak hanya mencakup ideologi besar dunia, tetapi juga mengakui nilai-nilai transendensi.

"Maka bangsa Indonesia harus bangga dan mencintai Pancasila agar tidak terjadi disintegrasi. Kemajemukan yang dimiliki Indonesia memiliki potensi konflik, sehingga Pancasila sebagai ideologi harus terus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Kemas mengatakan setelah Reformasi 1998 bergulir, Pancasila mulai ditinggalkan seiring dengan pencabutan Tap MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa (P4) dan pembubaran BP7 pada 1998 serta penghapusan mata pelajaran wajib Pancasila dalam kurikulum pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Padahal, sejumlah tokoh dunia, seperti pakar ilmu politik Universitas Dortmund Jerman Prof Thomas Meyer, Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ashraf Sulthan, pemimpin Gereja Katolik Paus Yohannes Paulus II, hingga mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama mengakui dan mengagumi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

GERMAN_Center_upnvjWhatsApp_Image_2022-02-01_at_11.46.27_(1).jpeg

Sementara itu, Direktur German Center UPNVJ Dr Bambang Susanto MA mengatakan mengharapkan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia memang memiliki peluang meskipun cukup berat.

"Meskipun Indonesia masih cukup muda, Indonesia bisa melakukan lompatan demokrasi bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan catatan, bangsa Indonesia konsisten dalam melaksanakan Pancasila," katanya.

Rektor UPNVJ Dr Erna Hernawati Ak, CPMA, CA, CGOP mengatakan topik yang didiskusikan dalam seminar tersebut sangat menarik, apalagi bila membandingkan Pancasila sebagai sebuah ideologi dengan ideologi-ideologi lain di dunia.

GERMAN_Center_upnvjWhatsApp_Image_2022-02-01_at_11.46.27.jpeg

"Menarik ketika kita membandingkan dan belajar tentang ideologi yang dianut oleh negara-negara demokrasi lainnya," tuturnya.

Seminar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber. Selain Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi BPIP Kemas Akhmad Tajudin SH MH, juga hadir alumni Jerman Dr Dr Dipl Ing Rachman Sjarif SH MM MH ELT. Sedangkan secara daring, hadir diaspora dari Indonesia, yaitu Resident Fellow USA Prof Dr Etin Anwar, wartawan senior Kompas untuk Timur Tengar Musthafa Abdul Rahman, dan Editor Senior Deuthsce Welle Jerman Hendra Pasuhuk. (*)

Screen_Shot_2022-02-02_at_12.38.12.png

Berita Sebelumnya

UPNVJ dan UNJ Sepakat Berkolaborasi

Berita Selanjutnya

LP3M, LPPM, dan SPI Berkomitmen Untuk Tingkatkan Capaian Kinerja di Tahun 2022